Dayak Community

Dayak Community

Tabe' Art and Culture

BETUNGKAT KA ADAT BASA, BEPEGAI KA PENGATUR PEKARA

AGIK IDUP. AGEK NGELABAN

TABE' Ngau Bala Pengabang Da Ruai Kami

SANGGAR SENGALANG BURONG




Jumat, 16 November 2012

Fenomena Tari Dayak kalbar

FENOMENA TARI DAYAK Gerak tari yang cukup berkembang di miliki oleh kelompok Ibanic ( Dayak Mualang ), di antaranya Tari Pinggan Induk dan laki, Tari Pedang Mualang, Tari Ajat / Nyambut Temuai Datai, Ayun Pala’ dll. Sedangkan perkembangan Motif gerak tari Mualang, di awali oleh Gerakan yang terdapat pada Upacara Adat “Ajat / Nyambut / Temuai Datai”. Beberapa gerakan yang dikembangkan oleh John Roberto P, melalui pengembangan aksi, usaha, ruang tenaga dan tata hubungan sesuai dengan pengembangan akademisi yang dianjurkan oleh Rudolf van laban, (ahli tari / notasi tari ) dalam hal ini tetap berorientasi pada gerak Tradisi Mualang yang terdapat dalam Upacara Ajat Temuai Datai, pada prosesi Gerak Ngiring Temuai. Adapun Motif gerak yang lahir dari gerak tradisi Ngiring Temuai tersebut, diantaranya: Gerak Melempai, Gerak Ngancau Tikay, Gerak Burung Kenyalang, Gerak Kesulang, Gerak Burung Ruai, Pencak rindas, Jalai Kenyalang dll. Kekayaan Gerak dan ciri tari Dayak, merupakan aset yang sangat berharga untuk pijakan dasar pengembangan tari Dayak umumnya. Tidak banyak para seniman / pelaku seni yang mau mencari dan belajar akan ciri gerak tradisinya masing-masing. Hal ini di sebabkan para pelaku seni tersebut kurang referensi dan observasi lapangan untuk mengamati, mempelajari serta menguasai gerak dasar tari tradisi Dayak. Pada Dasarnya Bangsa Dayak dengan ratusan sub suku, mempunyai ciri gerak masing-masing, yang memperkaya citra eksistensi Tari Dayak Umumnya. Tari Dayak bukanlah hal yang seragam dan miskin akan gerak, melainkan sebaliknya. Jika di pelajari lebih dalam maka kekayaan gerak tari Dayak akan mendasari proses pembuatan karya tari yang profesional, jika ada perhatian yang serius. Dampak dari ketidaktahuan pelaku seni terhadap kesenian / tari yang di kembangkannya, membawa tari dari suatu daerah tertentu menjadi tercerabut dari kekayaan tradisinya. Hal ini menyebabkan generasi muda dan regenerasi selanjutnya dapat tergradasi budaya hingga menyebabkan pudarnya bahkan hilangnya suatu identitas dan hilangnya kekayaan yang di miliki oleh daerah tersebut. Kebanyakan Penata Tari merasa eksistensi dan terlena dengan kreativitas – kreativitas Tari Kreasi dari luar Kalimantan, dan merangsang mereka untuk meniru proses pembuatan tari tersebut, kemudian menjadikan gerak tari Dayak sebagai objek yang menarik dan laku untuk di eksplorsi dan eksploitasi dan di pertunjukan. Di samping itu objek yang di angkat dan di kembangkan tersebut tidak di kuasai oleh penata tari, apalagi penata tari tersebut hanya mengenal komersialisasi tanpa merasa terbebani dengan pelestarian seni budaya daerah yang di angkat dari tradisi setempat. Walaupun kadangkala karya yang dibawakan tersebut indah secara visual dan dapat diacungkan jempol, tetapi berdampak pada kesenian / tari Dayak tersebut di masa mendatang. ( tercerabut dari akar budaya ) yang sangat disayangkan kadang kala seorang penata tari, tidak mengetahui asal dan sejarah gerak tari yang ia kembangkan. Eksistensi semacam itu, tidak akan bertahan lama, sebab pondasi dari karya tersebut tidaklah mengakar dari tradisi setempat, melainkan lebih mengekspos kepada bentuk visual semata, tidak mempunyai jiwa. Sedangkan nilai dan orisinilitas yang menjadi pijakan dasar, tidak lah kuat. Contoh, ketika kita membuat sebuah tarian di Kabupaten Landak, orientasi dasar penciptaan Tari maupun musik, haruslah berdasarkan gerak dan musik asli, yang kemudian menjadi pijakan dasar untuk pengembangan tari tersebut, agar pondasi yang dibangun dan karya yang dibuat mempunyai kekuatan dan kebanggaan sepenuhnya dari kabupaten tersebut. Karena kelompok Kanayatn, mempunyai ciri gerak tabuhan musik yang spesifik, Demikian pula jika kita membuat tari ataupun karya seni dari Kabupaten Sekadau, yang nota bene di huni oleh kelompok besar Ibanic Group, di samping kelompok kecil lainnya. Ciri spesifik harus merupakan bentuk objek yang menjadi akar / roh pengembangan tari Dayak daerah tersebut. Demikian juga, Melawi, Sintang dan Kapuas Hulu, haruslah penata tari memahami gerak atau dasar tradisi setempat yang menjadi pijakan untuk menghasilkan karyanya. Hal –Hal semacam ini merupakan kebanggaan dan menjadi ciri yang specific suatu daerah. Apalagi jika dapat esis di berbagai festival dengan kemampuannya, tradisinya tentunya akan memac perkembangan dalam menumbuhkan persaingan yang positif khususnya seni Tari. Pembohongan publik melalui Eksistensi yang tidak mengakar kepada tradisi sebaiknya segera di hentikan, untuk kembali menyelami tradisi masyarakat setempat, dan menempatkannya sebagai dasar pijakan yang kuat. ( Basic to natural : kembali ke asal ) agar gernerasi selanjutnya merasa bangga akan daerahnya masing-masing. Demikian juga dari fihak pemerintah sebaiknya peduli dan selektif melalui dialog dengan mendatangkan pelaku seni baik secara akademisi maupun otodidak untuk duduk bersama dalam pengembangan tari Dayak dari suatu daerah. Pemerinta patut menjadi mitra yang aktif melalui Instansi atau dinas terkait untuk membina, mendatangkan akademisi baik akademisi asal daerah tersebut maupun akademisi pembanding di bidang seni tari. Kemudian dalam mengirimkan duta kesenian ke luar daerah perlu di pertanyakan sebelumnya, apa yang kesenian yang akan di bawakan ? Tradisi mana yang di bawakan, gerakan apa yang di kembangkan, musik tradisi apa saja yang di angkat ?, benar kah demikian yang mencerminkan kabupaten setempat ?. kebanggaan bukan terletak pada kemenangan semata yang membutakan mata dalam mencari eksistensi, melainkan pada jati diri yang dapat eksis. Syaloom. Trimakasih. John Roberto Panurian Keluarga Seniman Dayak Kalimantan Barat, Alumni Institut Of Art Indonesia Yogyakarta. e-mail. Johnrobertor4( at ) gmail.com Pembina Sanggar Sengalang Burong Kabupaten Sekadau di Pontianak Kalimantan Barat Director Seni Pertunjukan Sekretariat Bersama Kesenian Dayak Kalimantan Barat. Dosen Prodi Seni FKIP UNTAN Peningkatan Mutu Unit Taman Budaya Kalimantan Barat

Tidak ada komentar: