Dayak Community

Dayak Community

Tabe' Art and Culture

BETUNGKAT KA ADAT BASA, BEPEGAI KA PENGATUR PEKARA

AGIK IDUP. AGEK NGELABAN

TABE' Ngau Bala Pengabang Da Ruai Kami

SANGGAR SENGALANG BURONG




Kamis, 03 Desember 2020

MITOS PENCIPTAAN MANUSIA VERSI DAYAK IBAN MUALANG


SEKELUMIT 

MITOS PENCIPTAAN DUNIA

VERSI  MUALANG

MITOS PENCIPTAAN DUNIA 

MENURUT DAYAK MUALANG (IBANIK)

 

Dunia ini di masa lalunya semua nya kosong (puang) dan tak ada kehidupan apapun,  tak lama kemudian muncul hembusan angin bertiup kencang seperti cahaya melayang-layang di langit kemudian muncul Roh. Roh tersebut bercahaya selanjutnya di sebut: Petara Raja (Tuhan / penguasa tertinggi dari Tuhan / Petara lainnya). Petara menciptakan dan menguasai alam (Buan 1997). Kemudian Petara Raja memancarkan cahaya memecah menjadi Tujuh Semengat (semengat = Roh), di sebut; Petara yang tinggal di tiap lapisan langit tujuh tingkatan, masing-masing Petara tersebut mengendalikan tiap-tiap lapisan langit tempat mereka tinggal termasuk menciptakan kehidupan baru khayangan (orang buah kana). Selanjutnya Petara Raja membuat sebuah Menua (bumi/daratan) di langit pertama, sebab melihat langit pertama kosong tidak ada mahluk apapun dan perlu ada kehidupan. Para Petara setuju, mereka sepakat yang pertama dibuat di langit pertama adalah: Menua (bumi / daratan) tempat nantinya Petara berkunjung, maka di jadikanlah Menua (bumi / daratan). Kemudian Petara Raja menciptakan angin yang berputar dan meniup Menua (bumi/daratan). Setelah menciptakan bumi dan ada angin, Petara Raja memanggil ke Tujuh Petara lainnya, untuk melihat ciptaannya. Ketika Tujuh Petara Langit menjenguk dari langit melihat ke bumi, munculah kekuatan cahaya terang, cahaya kilat dan petir ke bumi, demikian pula angin yang berputar begitu kuat meniup dan mengikis daratan bumi dan membentuk lubang-lubang tanah yang tak merata, seperti cekungan-cekungan, membentuk danau, sungai, dan laut yang kering, membentuk tanah tumbuh (seperti sarang semut), membentuk bukit dan gunung-gunung, membentuk bongkahan batu-batu yang tak teratur dan membentuk serpihan-serpihan tanah, demikian pula kekuatan cahaya disertai angin (kude’) menyebabkan batu dibumi terlempar jauh ke angkasa membentuk gumpalan seperti bumi di seluruh angkasa, membuat semua daratan di bumi mulai berubah. Melihat hal itu Petara Raja segera memisahkan kekuatan cahaya dari  Tujuh Petara tersebut, ke atas langit dan menyatukan kekuatan cahaya Petara menjadi satu membentuk bola mata yang bersinar terang. Bola mata itu selanjutnya di sebut; Mataari (Matahari) digelar “Tujuh Mataari Tumuh”, bermakna timbulnya kehidupan baru. Selanjutnya Petara Raja menciptakan gelembung besar menyelubungi bumi dan bumi dibuat berputar agar cahaya yang terpancar dari mataari (matahari) merata mengenai bumi. Gelembung cahaya yang menyelubungi bumi dimaksud juga untuk menjaga  agar udara dibumi tidak dapat keluar ke angkasa dan bebatuan yang berserakan di angkasa tidak menabrak bumi demikian pula Petara Raja membuat sebuah tangga cahaya, melengkung seperti lengkung separuh lingkar bumi serta memiliki beberapa warna berfungsi sebagai tangga penghubung langit dan bumi.

Selanjutnya Petara Raja menciptakan tumbuhan di darat dan yang merayap; rajang, sulur (semak belukar), pohon dan tumbuhan lainnya, kemudian menciptakan air ke daratan bumi, memisahkan air dan darat (danau, sungai dan lautan). Setelah semuanya teratur Petara Raja melihat bumi berputar dan matahari bersinar terang timbul siang dan malam,  ada tumbuhan, ada air, ada danau, sungai, lautan, ada bukit, lembah, gunung, ia melihat bumi semakin indah, tetapi dirasa masih ada yang kurang maka Petara Raja selanjutnya menciptakan : sepasang binatang di air; buaya, ikan, dan lainnya, menciptakan sepasang binatang yang hidup di darat; ular, anjing, monyet, dan lain-lain, di dalam tanah, di pohon dan sebagainya, hidup dan menyebar ke seluruh bumi. Suatu ketika saat para Petara melihat kehidupan dibumi mereka senang melihat kehidupan itu, namun belum menemukan mahluk serupa dengan mereka. Di khayangan para petara telah menciptakan kehidupan orang pangau / dewa dewi (Buah Kana) serupa bentuk petara, mempunyai tubuh tinggi-tinggi dan besar. Oleh sebab itu Petara Raja berencana menciptakan manusia, namun ia akan memeriksa seluruh daratan yang cocok untuk manusia dibumi. kemudian Petara Raja menciptakan dan memerintahkan sepasang burung (dua ekor burung jantan dan betina), mengembara mengelilingi bumi melihat daratan  yang cocok untuk manusia.

Di suatu ketika Petara Raja  mengamati jenis pohon untuk menciptakan manusia, pertama-tama ia mengambil pohon pisang untuk membuat manusia namun setelah ia amati dan menilai jika dari pohon pisang maka manusia itu lemah. Kemudian  ia mengganti pohon pisang itu dengan kayu kumpang yang bergetah merah seperti darah, setelah di nilainya bentuk ini pun masih belum baik dan jika manusia tersebut hidup, matanya melotot seperti marah dan masih tak bersuara. Ia menilai ini juga kurang baik bisa membuat Urang Pangau (dewa-dewi dalam buah kana) marah dan melawan manusia. Akhirnya Petara Raja, memanggil dan memerintahkan Ine’ Andan untuk menempa manusia (menempa / membentuk) menggunakan tanah lempong bumi namun belum sempurna, selanjutnya Petara Raja mengambil bentuk dirinya dan menyempurnakan manusia agar semua yang diciptakannya selain manusia (binatang dan tumbuhan) dikuasai oleh manusia demikian pula nantinya para Petara dan orang-orang Pangau  (buah kana) datang membantu dan mengajarkan manusia tentang adat-istiadat di langit.[1] Kemudian setelah Ia menciptakan dan menyempurnakan manusia, Ia memberikan Semengat (Roh) kehidupan maka saat itu manusia bisa hidup dan bernapas (menyuan), bergerak dan bersuara kemudian memberikan pengetahuan cara bertahan hidup di menua / bumi. Setelah manusia bisa hidup dan berbicara, tak lama kemudian dua ekor burung yang diperintahkan mengembara datang memberi kabar kepada Petara Raja bahwa pohon, air dan daratan di bumi sangat luas,  jika tidak ada kehidupan lain selain binatang, maka belum cukup. Mendengar hal tersebut maka Petara Raja menyuruh sepasang burung itu berkembang biak dan hidup bersama binatang lainnya, sebelumnya ketika sepasang burung tersebut melihat manusia mereka bertanya kepada Petara Raja bahwa manusia itu tidak terbang dan bertelur seperti kami dan kenapa hanya seorang, Petara Raja mengatakan bahwa burung diciptakannya sepasang agar nantinya berkembang dan hidupnya terbang dan tinggal di bumi bersama manusia. Saat yang sama pula manusia berkata bahwa jika dirinya hanya sendiri masih merasa kesepian. Selanjutnya Petara Raja menciptakan manusia lainnya sebagai teman dari manusia yang pertama, Petara Raja  menjadikan mereka pasangan laki-laki dan perempuan, selanjut nya ia beri nama:  Bintang Muga (laki-laki)  dan Rui Mana (Perempuan).

Bintang Muga dan Rui Mana menurunkan manusia  kemudian mengembara (bejalai) menyebar di daratan bumi. Di masa lalu para Petara dari khayangan sering datang megunjungi manusia ke bumi, bahkan seringkali terpesona melihat kecantikan dan keperkasaan manusia di bumi, bahkan ada kawin dengan manusia, menurunkan manusia-manusia gagah perkasa, kuat dan besar-besar Gergasi (raksasa) keturunan ini mengembara ke seluruh daratan di bumi. Diantara keturunan raksasa (gergasi) umumnya tidak memiliki sifat yang baik dan mempengaruhi manusia untuk berbuat kejahatan, keturunan para raksasa (gergasi) selanjutnya musnah ketika daratan di jatuhkan banjir besar karena murka Petara Raja.[2] Di antara keturunan Bintang Muga (laki-laki) dan Rui Mana (Perempuan), lainnya ada pasangan yang merupakan tokoh spiritual  dikenal sebagai: Ambun Menurun dan Pukat Mengawang. Kedua tokoh ini  ibarat embun yang turun dari langit simbol sperma / embrio kehidupan dari laki-laki dan ibarat sela-sela pukat / jaring yang ditembusi embun /pembuahan biologis dari perempuan. Adapun anak-anak Ambun Menurun dan Pukat Mengawang terdiri dari 7 (tujuh) anak bahkan lebih (menurut masing-masing versi ibanik) dan hidupnya mengembara dan menurunkan manusia-manusia pengembara, mereka menyusuri bumi, melewati berbagai kondisi alam menyebabkan timbulnya berbagai perubahan warna kulit (hitam, coklat, merah, kuning langsat, dll). Demikian pula mereka juga mengkonsumsi makanan alami sesuai keadaan / kondisi saat itu (berburu dan meramu) menyebabkan fostur tubuh mereka berubah umumnya kuat dan besar menyesuaikan kondisi alam saat itu, mereka mengembara ke berbagai tempat di menua / daratan, pulau-pulau, goa-goa, mengembara di bukit-bukit. Adapun beberapa tempat diantaranya; Gua Niah (niah caves) 35.000 SM, di borneo utara / utara pulau kalimantan (Sellato, 1989:53) dari tempat ini selanjutnya mengembara ke berbagai tempat di borneo / kalimantan dan kearah timur menyusuri perbukitan, demikian pula diantaranya menyusuri Bukit Ayau, Bukit Kujau, Air Berurung, Balai Bidai, Tinting Lalang Kuning, Selanjutnya di tuturkan bahwa keturunan Ambun Menurun dan Pukat Mengawang telah sampai ke Tampun Juah,...........................................................................................................................................

Ini adalah sekelumit  ringkasan tentang:

Mitos dan Penciptaan Dunia  dan silsilah terjadinya manusia versi Dayak Mualang (Ibanik) 

Catatan lengkapnya dapat dibuka di Gogle Drive link tersebut dibawah ini.


Link tulisan dapat dibuka di: 
https://drive.google.com/file/d/1kYH0GOBK8qPaGn1VJoXUfediI6NI4T_p/view?usp=sharing


[1] Lihat: L. Tatang. Sekilas Perkawinan  Dayak Mualang “ Adat Perkawinan” . Institut Dayakologi Institut Dayakologi, 1999.p.10

[2] Banjir besar yang dijatuhkan ke bumi, menenggelamkan para manusia-manusia jahat, para raksasa (gergasi) dan hanya meninggalkan bekas-bekas  besar pada tanah yang selanjutnya membatu diberbagai tempat.