Tari Dayak Kalimantan Barat ( John RP ) 2010
Pada umumnya kesenian
Dayak dirasakan sangatlah menyatu dengan kehidupan alam yang mengandung keariban
local, local genious menurut lingkungan
dan pada Zamannya.
Borneo merupakan sebutan bagi Pulau
Kalimantan dimasa lalu dengan segala bentuk keindahan alam, terpeliharanya
kehidupan seni budaya serta masih mempunyai ekosistem yang original untuk
dinikmati secara visual, termasuk kehidupan seni pertunjukan maupun seni rupa
Dayak. Kehidupan yang ramah lingkungan tersebut tentunya lebih banyak
dipengaruhi oleh keadaan sekitar seperti hutan belantara, tanah, sungai dan
sebagainya. Hal ini menjadikan masyarakat Dayak sebagai manusia asli pulau
borneo yang tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan alam. Menurut beberapa
budayawan Dayak dikatakan bahwa: ‘Tanah,
sungai dan hutan adalah tiga elemen yang penting yang memungkinkan seorang
hidup sebagai seorang Dayak sejati, selama berabad-abad tiga elemen ini telah
membentuk suatu identitas yang unik yang kita kenal sekarang sebagai orang
Dayak, kebudayaan Dayak termasuk keseniannya, hukum adat Dayak dan kepercayaan
Dayak.[1]
Di Indonesia bahkan
dunia setiap suku bangsa, memiliki kearifan local masing masing menyangkut seni
budaya yang lahir sebagai proses perkembangan pengetahuan suatu Bangsa. Berdasarkan
hal itu, salah satu kesenian Dayak yang mengandung Kearifan Lokal yaitu; Seni
Pertunjukan terdiri dari Seni Tari, Seni Musik, Seni Sastra, dan Seni Rupa.
Dalam Seni Tari Dayak,
gerak yang dilakukan pada dasarnya mengandung gerak-gerak maknawi ( gerak yang
mengungkapkan arti ) sebagai simbol hubungan antara manusia dengan Ketuhanan,
Hubungan Manusia dengan Alam, Hubungan Manusia dengan Binatang ( pelestarian
satwa ) dan hubungan manusia dengan manusia, ( menyangkut pergaulan / harmonisasi
dengan sesama manusia ). Hal ini
mencerminkan bahwa seni tari Dayak sejak lahir dari masa lalu telah mengatur
kehidupan simbolisasi hubungan – hubungan menyangkut tata cara nilai dan norma
yang kini diwariskan oleh para leluhur agar ditaati oleh generasi penerus. peninggalan
warisan purba ditanah ini merupakan warisan murni diberikan sang Pencipta
melalui Alam yang kemudian dijalankan oleh masyarakat Dayak. Kehidupan kesenian
masyarakat Dayak, dapatlah dikatakan kesenian murni pemberian alam hal ini dikarenakan
kesenian Dayak telah lahir sebelum pengaruh kebudayaan agama-agama resmi di
Indonesia mempengaruhinya. ( masih asli alamiah )
A. MAKNA DAN SIMBOL DALAM RAGAM GERAK
TARI DAYAK.
Tari
Dayak merupakan warisan leluhur, mengandung nilai-nilai positif yang bermakna,
berpengaruh terhadap pola kehidupan social masyarakat Dayak secara kolektif dalam
kehidupan social. Berbicara mengenai makna dan symbol dalam tari Dayak, maka seseorang
harus mengetahui latar belakang suku Bangsa Dayak secara umum, sedangkan Suku
bangsa Dayak terdiri dari ratusan puak-puak
dan masing-masing puak mempunyai persamaan maupun perbedaan. Kali ini
penulis coba untuk mengamati kesenian Dayak melalui pendekatan ethnolinguistic (
kelompok Dayak serumpun yang mempunyai lebih dari enampuluh persen kemiripan
bahasa ) maupun pendekatan pengamatan melalui specification culture (
kebudayaan secara khusus / kesamaan budaya serumpun tersebut secara khusus ). Pengamatan
melalui kemiripan bahasa secara umum menyatakan bahwa kelompok tersebut memiliki
hubungan yang satu dan terpisah serta tersebar keseluruh borneo. Demikian juga
pengdekatan melalui kemiripan kebudayaan. Misalnya: Kesenian Dayak Kanyatn
Group, Kesenian Dayak Bidoih Group, Kesenian Dayak Ibanik Group, Kesenian Dayak
Banuaka / Tamanik Group, dan Kesenian Dayak Kayaan Mendalam.
Untuk
mengamati Makna tari Dayak, maka perlu kiranya untuk mengetahui tarian
tersebut, ragam gerak tarian dan kesenian Dayak secara umum. Maka berdasarkan
pola pengamatan seperti diatas dapat dipahami bahwa ragam / motif gerak
tari menurut Preston –donlop adalah:
Pola gerak sederhana, tetapi didalamnya terdapat sesuatu yang memiliki
kapabilitas untuk dikembangkan.[2]
1.
RAGAM
MENYANGKUT SIMBOLISASI HUBUNGAN VERTIKAL MANUSIA DENGAN KETUHANAN.
a.
Ragam
/ Motif Gerak Jubata
( Dayak Kanayatn - Bukit / Ahe ) Ragam Gerak
Jubata jika diamati dan dikaji berdasarkan realisme, gerak ini menyimbolkan gerakan
menyembah,/ berserah dengan mengangkat kedua tangan dan menadahkan telapak
tangan menghadap ke atas, demikian juga kepala mengadah ke atas hal ini
diterjemahkan bahwa gerak Jubata mempunyai makna Permohonan ataupun pengharapan
kepada Tuhan atau Jubata. Selain kedua telapak tangan dan kepala mengadah
keatas / atau diangkat, kedua kaki ( tumit ) dihentakkan bergiliran ke bumi, hal
ini dapat diartikan sebagai pemberitahuan / mempertegas gerak agar menarik
perhatian sang Pencipta ( Jubata ) agar mengabulkan permohonan manusia. Ataupun
symbol gerak tari tersebut dimaknai sebagai bentuk ungkapan untuk bertahan
hidup / bekerja keras ataupun dapat
diartikan mohon dilindungi ataupun diberkati ataupun penyampaian pesan kepada
tuhan atas anugrah yang diberikan oleh tuhan kepada manusia. ( misalnya
keberhasilan dalam panen padi ). Kesimpulannya
bahwa telah terjadi kontak dalam bentuk symbol dan makna ( diwakili oleh penari
yang melakukan ragam gerak Jubata ) dalam hubungan vertical antara manusia dengan Tuhannya.
2.
RAGAM
MENYANGKUT SIMBOLISASI HUBUNGAN MANUSIA DAN ALAM
Gerak yang berhubungan antara manusia dengan keseimbangan Alam di lukiskan
dengan gerakan yang menirukan kegiatan manusia maupun alam yang berhubungan
dengan kehidupan manusia. Misalnya ragam : Ngajat Niti Papan, Gerak Bunga
Ngeremay ( Dayak Mualang versi Penulis ). Ragam Niti Poon / Niti Papan,
merupakan simbolisasi dari gerak tari yang menggambarkan sifat saling
membutuhkan antara manusia dan alam. Gerak ini diibaratkan berjalan dengan
sangat hati-hati meniti sebuah Pohon tumbang atau papan dengan penuh
keseimbangan dan kehati-hatian untuk melewati sebuah rintangan baik berupa
sungai maupun hambatan lainnya. Sedangkan ragam gerak Bunga Ngeremay
menyimbolkan bunga yang sedang mekar atau berkembang, sebagai awal menjalani kehidupan
alam dan berinteraksi dengan alam luas. Hal ini merupakan symbol kehidupan baru
bagi manusia bagaikan pohon kehidupan yang berkembang yang dijaga oleh alam dan
semua kebutuhannya di sediakan oleh alam.
3.
RAGAM
MENYANGKUT SIMBOLISASI HUBUNGAN MANUSIA DENGAN BINATANG ( PELESTARIAN SATWA ).
Gerakan yang berhubungan dengan pelestarian satwa
atau binatang, disimbolisasikan dengan mengadopsi gerak-gerak burung, misalnya:
gerakan burung ruai, gerakan burung kenyalang, gerakan kesulang dan lain-lain versi
penulis menurut Dayak Mualang. Burung ruai merupakan burung yang dilihat secara
visual mengandung nilai artistic, hal ini didukung oleh corak bulu-bulu yang
indah sebagai symbol kecantikan. Dalam gerakan ini disimbolisasikan melalui gerak seekor burung ruai
yang sedang terbang sambil menggepakkan sayap. Kemudian gerak burung kenyalang.
Burung kenyalang merupakan burung yang mempunyai status tertingi dalam
kepercayaan masa lalu, burung ini merupakan burung yang penuh dengan kesetiaan
terhadap pasangannya, sempunyai suara yang indah dan keras telah menginspirasi
masyarakat Dayak agar segala sifat yang terdapat pada burung ini mereinkarnasi
padanya ketika menari, hingga timbulah gerakan gerakan berdasarkan gerakan
burung Kenyalang yang telah distilisasi sesuai keadaan lingkungan dan sudut
pandang keindahan saat itu. Selanjutnya adalah gerakan Lang / lang nginang yang merupakan gerak berhubungan dengan
mytrologi masyarakat Dayak Mualang, sebagai gerakan yang diajarkan oleh
orang-orang khayangan atau orang Buah Kana di negeri Pangau ( langit ). Penjelasan
diatas dapat disimpulkan bahwa beberapa jenis binatang dipercaya sebagai symbol
pengetahuan local genious, menyatu
menjadi teman harmonis yang melahirkan bahasa symbol pengetahuan dan pengalaman terhadap sesuatu
yang akan terjadi.
Catatan:
Dalam mytrologi Dayak Mualang ada Legenda tentang Sengalang Burong yang
mengisahkan adanya ketergantungan dan keakrapan manusia terhadap Fauna.
Sengalang Burong adalah Dewa bagi kehidupan masyarakat Iban dan Ibanik yang menitis
melalui tujuh ekor burung dipercaya sebagai sumber penuntun dan pemberi
pengetahuan bagi manusia, Sengalang Burong mengajarkan kepada manusia berbagai
macam bentuk ilmu pengetahuan dan cara mempertahankan hidup serta Tata Cara Adat Istiadat yang dibutuhkan
masyarakat pendukungnya saat itu.
4.
RAGAM
MENYANGKUT SIMBOLISASI HUBUNGAN MANUSIA DENGAN SESAMANYA.
Hubungan antara manusia satu dan yang lainnya telah
di simbolisasikan dengan ragam gerak Ragam
Ngiring Temuai ( Dayak Mualang ), yang mempunyai makna memandu dan memberikan
perlindungan terhadap tamu / temuai yang datang ke komunitasnya. Tamu ibarat Raja,
dimasa lalu jika ada tamu yang berkunjung ke daerahnya maka komunitas Dayak
Mualang, akan mengadakan Upacara Penyambutan Tamu ( Ajat Temuai Datai ). Disamping
itu adapula beberapa ragam gerak berpasangan dalam tarian Jonggan ( Dayak Kanayatn_Bukit
/ Ahe ), ragam gerak dalam Tarian Kondan ( Dayak Bidoih Sanggau Kapuas,
Jangkang ).
Gerak-gerak tersebut mencerminkan hubungan
komunikasi melalui bahasa tubuh, yang memuat pesan direspon secara maknawi oleh
orang yang ikut terlibat dalam suatu acara kesenian tersebut. Misalnya gerak Ngiring Temuai yaitu gerak memandu tamu
atau mengantar tamu ketempat tujuan, gerak berpasangan dalam tarian Jonggan,
Gerak berpasangan dalam tarian Kondan
dsb.
Seni
Pertunjukan Dayak sangatlah kaya akan makna dan symbol warisan dari leluhur,
selain seni pertunjukan yang didalamnya penuh dengan makna, hal tersebut juga
terdapat dalam dunia seni rupa Dayak. Di dunia Seni Rupa Dayak, terdapat simbolisasi
dan makna keariban local, misalnya: Seni Lukis, Seni Pahat, Seni Patung, Seni Anyaman,
Seni Tenun, Seni Ukir dan lain-lain. Dunia Seni Ukir pada masyarakat Dayak
banyak dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya salah satunya yang menyimbolkan keagungan
Tuhan, kemegahan alam, manusia, binatang maupun makhluk gaib. Salah satu
ornament yang disebut Sulur, Paku’ merupakan simbolisasi hubungan antara
manusia dengan alam. Sulur dan Paku’
merupakan simbolisasi kehidupan yang dijalani manusia menyangkut pergaulan,
didefenisikan ibarat paku yang menyebar dan tumbuh sumbur di dataran tinggi
maupun rendah. Begitulah manusia dapat hidup berdampingan walaupun miskin dan
kaya. Selanjutnya ornament yang menyimbolkan ketakwaan maupun keagungan Tuhan,
yaitu Ukiran Dulang Inek Manang sebuah wadah pesembahan dari manusia kepada
Tuhannya Jubata / Petara, sebagai ungkapan penyampaian niat.
[1] Surjani Alloy, Albertus, Chatarina Pancer Istiyani.
Mozaik Dayak ; Keberagaman SUB SUKU DAN BAHASA DAYAK DI KALIMANTAN BARAT.
Pontianak: Intitut Dayakologi. 2008.p.19
[2]
Jacgueline Smit : Komposisi Tari ; sebuah petunjuk praktis bagi guru terj. Ben
Suharto, Ikalastri Yogyakarta 1985.p.35.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar