Dayak Community

Dayak Community

Tabe' Art and Culture

BETUNGKAT KA ADAT BASA, BEPEGAI KA PENGATUR PEKARA

AGIK IDUP. AGEK NGELABAN

TABE' Ngau Bala Pengabang Da Ruai Kami

SANGGAR SENGALANG BURONG




Selasa, 16 Oktober 2018

Sekelumit Catatan Tari Dayak ( John RP 2010 )











 Tari Dayak Kalimantan Barat ( John RP ) 2010

Pada umumnya kesenian Dayak dirasakan sangatlah menyatu dengan kehidupan alam yang mengandung keariban local, local genious  menurut lingkungan dan pada Zamannya.
Borneo merupakan sebutan bagi Pulau Kalimantan dimasa lalu dengan segala bentuk keindahan alam, terpeliharanya kehidupan seni budaya serta masih mempunyai ekosistem yang original untuk dinikmati secara visual, termasuk kehidupan seni pertunjukan maupun seni rupa Dayak. Kehidupan yang ramah lingkungan tersebut tentunya lebih banyak dipengaruhi oleh keadaan sekitar seperti hutan belantara, tanah, sungai dan sebagainya. Hal ini menjadikan masyarakat Dayak sebagai manusia asli pulau borneo yang tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan alam. Menurut beberapa budayawan Dayak dikatakan bahwa: ‘Tanah, sungai dan hutan adalah tiga elemen yang penting yang memungkinkan seorang hidup sebagai seorang Dayak sejati, selama berabad-abad tiga elemen ini telah membentuk suatu identitas yang unik yang kita kenal sekarang sebagai orang Dayak, kebudayaan Dayak termasuk keseniannya, hukum adat Dayak dan kepercayaan Dayak.[1]
Di Indonesia bahkan dunia setiap suku bangsa, memiliki kearifan local masing masing menyangkut seni budaya yang lahir sebagai proses perkembangan pengetahuan suatu Bangsa. Berdasarkan hal itu, salah satu kesenian Dayak yang mengandung Kearifan Lokal yaitu; Seni Pertunjukan terdiri dari Seni Tari, Seni Musik, Seni Sastra, dan Seni Rupa.
Dalam Seni Tari Dayak, gerak yang dilakukan pada dasarnya mengandung gerak-gerak maknawi ( gerak yang mengungkapkan arti ) sebagai simbol hubungan antara manusia dengan Ketuhanan, Hubungan Manusia dengan Alam, Hubungan Manusia dengan Binatang ( pelestarian satwa ) dan hubungan manusia dengan manusia, ( menyangkut pergaulan / harmonisasi dengan sesama manusia ).  Hal ini mencerminkan bahwa seni tari Dayak sejak lahir dari masa lalu telah mengatur kehidupan simbolisasi hubungan – hubungan menyangkut tata cara nilai dan norma yang kini diwariskan oleh para leluhur agar ditaati oleh generasi penerus. peninggalan warisan purba ditanah ini merupakan warisan murni diberikan sang Pencipta melalui Alam yang kemudian dijalankan oleh masyarakat Dayak. Kehidupan kesenian masyarakat Dayak, dapatlah dikatakan kesenian murni pemberian alam hal ini dikarenakan kesenian Dayak telah lahir sebelum pengaruh kebudayaan agama-agama resmi di Indonesia mempengaruhinya. ( masih asli alamiah )

 A.    MAKNA DAN SIMBOL DALAM RAGAM GERAK TARI DAYAK.
Tari Dayak merupakan warisan leluhur, mengandung nilai-nilai positif yang bermakna, berpengaruh terhadap pola kehidupan social masyarakat Dayak secara kolektif dalam kehidupan social. Berbicara mengenai makna dan symbol dalam tari Dayak, maka seseorang harus mengetahui latar belakang suku Bangsa Dayak secara umum, sedangkan Suku bangsa Dayak terdiri dari ratusan puak-puak  dan masing-masing puak mempunyai persamaan maupun perbedaan. Kali ini penulis coba untuk mengamati kesenian Dayak melalui pendekatan ethnolinguistic ( kelompok Dayak serumpun yang mempunyai lebih dari enampuluh persen kemiripan bahasa ) maupun pendekatan pengamatan melalui specification culture ( kebudayaan secara khusus / kesamaan budaya serumpun tersebut secara khusus ). Pengamatan melalui kemiripan bahasa secara umum menyatakan bahwa kelompok tersebut memiliki hubungan yang satu dan terpisah serta tersebar keseluruh borneo. Demikian juga pengdekatan melalui kemiripan kebudayaan. Misalnya: Kesenian Dayak Kanyatn Group, Kesenian Dayak Bidoih Group, Kesenian Dayak Ibanik Group, Kesenian Dayak Banuaka / Tamanik Group, dan Kesenian Dayak Kayaan Mendalam.
Untuk mengamati Makna tari Dayak, maka perlu kiranya untuk mengetahui tarian tersebut, ragam gerak tarian dan kesenian Dayak secara umum. Maka berdasarkan pola pengamatan seperti diatas dapat dipahami bahwa ragam / motif gerak tari  menurut Preston –donlop adalah: Pola gerak sederhana, tetapi didalamnya terdapat sesuatu yang memiliki kapabilitas untuk dikembangkan.[2]

1.      RAGAM MENYANGKUT SIMBOLISASI HUBUNGAN VERTIKAL MANUSIA DENGAN KETUHANAN.
a.      Ragam / Motif Gerak Jubata  ( Dayak Kanayatn - Bukit / Ahe ) Ragam Gerak Jubata jika diamati dan dikaji berdasarkan realisme, gerak ini menyimbolkan gerakan menyembah,/ berserah dengan mengangkat kedua tangan dan menadahkan telapak tangan menghadap ke atas, demikian juga kepala mengadah ke atas hal ini diterjemahkan bahwa gerak Jubata mempunyai makna Permohonan ataupun pengharapan kepada Tuhan atau Jubata. Selain kedua telapak tangan dan kepala mengadah keatas / atau diangkat, kedua kaki ( tumit ) dihentakkan bergiliran ke bumi, hal ini dapat diartikan sebagai pemberitahuan / mempertegas gerak agar menarik perhatian sang Pencipta ( Jubata ) agar mengabulkan permohonan manusia. Ataupun symbol gerak tari tersebut dimaknai sebagai bentuk ungkapan untuk bertahan hidup / bekerja keras  ataupun dapat diartikan mohon dilindungi ataupun diberkati ataupun penyampaian pesan kepada tuhan atas anugrah yang diberikan oleh tuhan kepada manusia. ( misalnya keberhasilan dalam panen padi ).  Kesimpulannya bahwa telah terjadi kontak dalam bentuk symbol dan makna ( diwakili oleh penari yang melakukan ragam gerak Jubata ) dalam hubungan  vertical antara manusia dengan Tuhannya.

2.      RAGAM MENYANGKUT SIMBOLISASI HUBUNGAN MANUSIA DAN ALAM
Gerak yang berhubungan antara  manusia dengan keseimbangan Alam di lukiskan dengan gerakan yang menirukan kegiatan manusia maupun alam yang berhubungan dengan kehidupan manusia. Misalnya ragam : Ngajat Niti Papan, Gerak Bunga Ngeremay ( Dayak Mualang versi Penulis ). Ragam Niti Poon / Niti Papan, merupakan simbolisasi dari gerak tari yang menggambarkan sifat saling membutuhkan antara manusia dan alam. Gerak ini diibaratkan berjalan dengan sangat hati-hati meniti sebuah Pohon tumbang atau papan dengan penuh keseimbangan dan kehati-hatian untuk melewati sebuah rintangan baik berupa sungai maupun hambatan lainnya. Sedangkan ragam gerak Bunga Ngeremay menyimbolkan bunga yang sedang mekar atau berkembang, sebagai awal menjalani kehidupan alam dan berinteraksi dengan alam luas. Hal ini merupakan symbol kehidupan baru bagi manusia bagaikan pohon kehidupan yang berkembang yang dijaga oleh alam dan semua kebutuhannya di sediakan oleh alam.

  3.      RAGAM MENYANGKUT SIMBOLISASI HUBUNGAN MANUSIA DENGAN BINATANG ( PELESTARIAN SATWA ).

Gerakan yang berhubungan dengan pelestarian satwa atau binatang, disimbolisasikan dengan mengadopsi gerak-gerak burung, misalnya: gerakan burung ruai, gerakan burung kenyalang, gerakan kesulang dan lain-lain versi penulis menurut Dayak Mualang. Burung ruai merupakan burung yang dilihat secara visual mengandung nilai artistic, hal ini didukung oleh corak bulu-bulu yang indah sebagai symbol kecantikan. Dalam gerakan ini  disimbolisasikan melalui gerak seekor burung ruai yang sedang terbang sambil menggepakkan sayap. Kemudian gerak burung kenyalang. Burung kenyalang merupakan burung yang mempunyai status tertingi dalam kepercayaan masa lalu, burung ini merupakan burung yang penuh dengan kesetiaan terhadap pasangannya, sempunyai suara yang indah dan keras telah menginspirasi masyarakat Dayak agar segala sifat yang terdapat pada burung ini mereinkarnasi padanya ketika menari, hingga timbulah gerakan gerakan berdasarkan gerakan burung Kenyalang yang telah distilisasi sesuai keadaan lingkungan dan sudut pandang keindahan saat itu. Selanjutnya adalah gerakan Lang / lang nginang  yang merupakan gerak berhubungan dengan mytrologi masyarakat Dayak Mualang, sebagai gerakan yang diajarkan oleh orang-orang khayangan atau orang Buah Kana di negeri Pangau ( langit ). Penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa beberapa jenis binatang dipercaya sebagai symbol pengetahuan local genious, menyatu  menjadi  teman  harmonis yang melahirkan bahasa symbol  pengetahuan dan pengalaman terhadap sesuatu yang akan terjadi.

Catatan:
Dalam mytrologi Dayak Mualang  ada Legenda tentang Sengalang Burong yang mengisahkan adanya ketergantungan dan keakrapan manusia terhadap Fauna. Sengalang Burong adalah Dewa bagi kehidupan masyarakat Iban dan Ibanik yang menitis melalui tujuh ekor burung dipercaya sebagai sumber penuntun dan pemberi pengetahuan bagi manusia, Sengalang Burong mengajarkan kepada manusia berbagai macam bentuk ilmu pengetahuan dan cara  mempertahankan hidup serta  Tata Cara Adat Istiadat yang dibutuhkan masyarakat pendukungnya saat itu.

4.      RAGAM MENYANGKUT SIMBOLISASI HUBUNGAN MANUSIA DENGAN SESAMANYA.
Hubungan antara manusia satu dan yang lainnya telah di simbolisasikan dengan ragam gerak Ragam Ngiring Temuai ( Dayak Mualang ), yang mempunyai makna memandu dan memberikan perlindungan terhadap tamu / temuai yang datang ke komunitasnya. Tamu ibarat Raja, dimasa lalu jika ada tamu yang berkunjung ke daerahnya maka komunitas Dayak Mualang, akan mengadakan Upacara Penyambutan Tamu ( Ajat Temuai Datai ). Disamping itu adapula beberapa ragam gerak berpasangan dalam tarian Jonggan ( Dayak Kanayatn_Bukit / Ahe ), ragam gerak dalam Tarian Kondan ( Dayak Bidoih Sanggau Kapuas, Jangkang ).
Gerak-gerak tersebut mencerminkan hubungan komunikasi melalui bahasa tubuh, yang memuat pesan direspon secara maknawi oleh orang yang ikut terlibat dalam suatu acara kesenian tersebut. Misalnya gerak Ngiring Temuai yaitu gerak memandu tamu atau mengantar tamu ketempat tujuan, gerak berpasangan dalam tarian Jonggan, Gerak berpasangan  dalam tarian Kondan dsb.

Seni Pertunjukan Dayak sangatlah kaya akan makna dan symbol warisan dari leluhur, selain seni pertunjukan yang didalamnya penuh dengan makna, hal tersebut juga terdapat dalam dunia seni rupa Dayak. Di dunia Seni Rupa Dayak, terdapat simbolisasi dan makna keariban local, misalnya: Seni Lukis, Seni Pahat, Seni Patung, Seni Anyaman, Seni Tenun, Seni Ukir dan lain-lain. Dunia Seni Ukir pada masyarakat Dayak banyak dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya salah satunya yang menyimbolkan keagungan Tuhan, kemegahan alam, manusia, binatang maupun makhluk gaib. Salah satu ornament yang disebut Sulur, Paku’ merupakan simbolisasi hubungan antara manusia dengan alam. Sulur dan Paku’  merupakan simbolisasi kehidupan yang dijalani manusia menyangkut pergaulan, didefenisikan ibarat paku yang menyebar dan tumbuh sumbur di dataran tinggi maupun rendah. Begitulah manusia dapat hidup berdampingan walaupun miskin dan kaya. Selanjutnya ornament yang menyimbolkan ketakwaan maupun keagungan Tuhan, yaitu Ukiran Dulang Inek Manang sebuah wadah pesembahan dari manusia kepada Tuhannya Jubata / Petara, sebagai ungkapan penyampaian  niat.


[1] Surjani Alloy, Albertus, Chatarina Pancer Istiyani. Mozaik Dayak ; Keberagaman SUB SUKU DAN BAHASA DAYAK DI KALIMANTAN BARAT. Pontianak: Intitut Dayakologi. 2008.p.19
[2] Jacgueline Smit : Komposisi Tari ; sebuah petunjuk praktis bagi guru terj. Ben Suharto, Ikalastri Yogyakarta 1985.p.35.

Tidak ada komentar: