SEKELUMIT
MITOS PENCIPTAAN DUNIA
VERSI MUALANG
MITOS PENCIPTAAN DUNIA
MENURUT DAYAK MUALANG (IBANIK)
Dunia ini
di masa lalunya semua nya kosong (puang) dan tak ada kehidupan apapun, tak lama kemudian muncul hembusan angin
bertiup kencang seperti cahaya melayang-layang di langit kemudian muncul Roh. Roh tersebut bercahaya selanjutnya di sebut: Petara Raja (Tuhan
/ penguasa tertinggi dari Tuhan / Petara
lainnya). Petara menciptakan dan
menguasai alam (Buan 1997). Kemudian Petara
Raja memancarkan cahaya memecah menjadi Tujuh
Semengat (semengat = Roh), di sebut; Petara
yang tinggal di tiap lapisan langit tujuh tingkatan, masing-masing Petara tersebut mengendalikan tiap-tiap
lapisan langit tempat mereka tinggal termasuk menciptakan kehidupan baru khayangan
(orang buah kana). Selanjutnya Petara Raja membuat sebuah Menua (bumi/daratan) di langit pertama, sebab
melihat langit pertama kosong tidak ada mahluk apapun dan perlu ada kehidupan. Para
Petara setuju, mereka sepakat yang
pertama dibuat di langit pertama adalah: Menua
(bumi / daratan) tempat nantinya Petara
berkunjung, maka di jadikanlah Menua
(bumi / daratan). Kemudian Petara Raja menciptakan
angin yang berputar dan meniup Menua (bumi/daratan).
Setelah menciptakan bumi dan ada angin, Petara
Raja memanggil ke Tujuh Petara lainnya,
untuk melihat ciptaannya. Ketika Tujuh
Petara Langit menjenguk dari langit melihat ke bumi, munculah kekuatan
cahaya
terang, cahaya kilat dan petir ke
bumi, demikian pula angin yang berputar
begitu kuat meniup dan mengikis daratan bumi dan membentuk lubang-lubang tanah
yang tak merata, seperti cekungan-cekungan, membentuk danau, sungai, dan laut
yang kering, membentuk tanah tumbuh (seperti sarang semut), membentuk bukit dan
gunung-gunung, membentuk bongkahan batu-batu yang tak teratur dan membentuk serpihan-serpihan
tanah, demikian pula kekuatan cahaya disertai angin (kude’) menyebabkan batu
dibumi terlempar jauh ke angkasa membentuk gumpalan seperti bumi di seluruh
angkasa, membuat semua daratan di bumi mulai berubah. Melihat hal itu Petara Raja segera memisahkan kekuatan cahaya
dari Tujuh
Petara tersebut, ke atas langit
dan menyatukan kekuatan cahaya Petara menjadi satu membentuk bola mata yang bersinar
terang. Bola mata itu selanjutnya di sebut; Mataari
(Matahari) digelar “Tujuh Mataari
Tumuh”, bermakna timbulnya kehidupan baru. Selanjutnya Petara Raja menciptakan gelembung
besar menyelubungi bumi dan bumi dibuat berputar agar cahaya yang terpancar
dari mataari (matahari) merata
mengenai bumi. Gelembung cahaya yang menyelubungi bumi dimaksud juga untuk menjaga
agar udara dibumi tidak dapat keluar ke
angkasa dan bebatuan yang berserakan di angkasa tidak menabrak bumi demikian
pula Petara Raja membuat sebuah
tangga cahaya, melengkung seperti lengkung separuh lingkar bumi serta
memiliki beberapa warna berfungsi sebagai tangga penghubung langit dan bumi.
Selanjutnya
Petara Raja menciptakan tumbuhan di
darat dan yang merayap; rajang, sulur
(semak belukar), pohon dan tumbuhan lainnya, kemudian menciptakan air ke
daratan bumi, memisahkan air dan darat (danau, sungai dan lautan). Setelah
semuanya teratur Petara Raja melihat
bumi berputar dan matahari bersinar terang timbul siang dan malam, ada tumbuhan, ada air, ada danau, sungai,
lautan, ada bukit, lembah, gunung, ia melihat bumi semakin indah, tetapi dirasa
masih ada yang kurang maka Petara Raja selanjutnya
menciptakan : sepasang binatang di air; buaya, ikan, dan lainnya, menciptakan sepasang
binatang yang hidup di darat; ular, anjing, monyet, dan lain-lain, di dalam
tanah, di pohon dan sebagainya, hidup dan menyebar ke seluruh bumi. Suatu
ketika saat para Petara melihat
kehidupan dibumi mereka senang melihat kehidupan itu, namun belum menemukan mahluk
serupa dengan mereka. Di khayangan para petara
telah menciptakan kehidupan orang pangau /
dewa dewi (Buah Kana) serupa bentuk petara,
mempunyai tubuh tinggi-tinggi dan besar. Oleh sebab itu Petara Raja berencana menciptakan manusia, namun ia akan
memeriksa seluruh daratan yang cocok untuk manusia dibumi. kemudian Petara Raja menciptakan dan
memerintahkan sepasang burung (dua ekor burung jantan dan betina), mengembara mengelilingi
bumi melihat daratan yang cocok untuk
manusia.
Di suatu
ketika Petara Raja mengamati jenis pohon untuk menciptakan
manusia, pertama-tama ia mengambil pohon pisang untuk membuat manusia namun setelah
ia amati dan menilai jika dari pohon pisang maka manusia itu lemah. Kemudian ia mengganti pohon pisang itu dengan kayu
kumpang yang bergetah merah seperti darah, setelah di nilainya bentuk ini pun
masih belum baik dan jika manusia tersebut hidup, matanya melotot seperti marah
dan masih tak bersuara. Ia menilai ini juga kurang baik bisa membuat Urang Pangau (dewa-dewi dalam buah kana) marah dan melawan manusia. Akhirnya
Petara Raja, memanggil dan memerintahkan
Ine’ Andan untuk menempa manusia (menempa / membentuk) menggunakan tanah lempong bumi namun belum sempurna,
selanjutnya Petara Raja mengambil
bentuk dirinya dan menyempurnakan manusia agar semua yang diciptakannya selain
manusia (binatang dan tumbuhan) dikuasai oleh manusia demikian pula nantinya para Petara dan orang-orang Pangau (buah kana) datang membantu dan
mengajarkan manusia tentang adat-istiadat di langit.[1]
Kemudian setelah Ia menciptakan dan
menyempurnakan manusia, Ia memberikan Semengat
(Roh) kehidupan maka saat itu manusia bisa hidup dan bernapas (menyuan),
bergerak dan bersuara kemudian memberikan pengetahuan cara bertahan hidup di menua / bumi. Setelah
manusia bisa hidup dan berbicara, tak lama kemudian dua ekor burung yang
diperintahkan mengembara datang memberi kabar kepada Petara Raja bahwa pohon, air dan daratan di bumi sangat luas, jika tidak ada kehidupan lain selain binatang,
maka belum cukup. Mendengar hal tersebut maka Petara Raja menyuruh sepasang burung itu berkembang biak dan hidup
bersama binatang lainnya, sebelumnya ketika sepasang burung tersebut melihat
manusia mereka bertanya kepada Petara
Raja bahwa manusia itu tidak terbang dan bertelur seperti kami dan kenapa hanya
seorang, Petara Raja mengatakan bahwa
burung diciptakannya sepasang agar nantinya berkembang dan hidupnya terbang dan
tinggal di bumi bersama manusia. Saat yang sama pula manusia berkata bahwa jika
dirinya hanya sendiri masih merasa kesepian. Selanjutnya Petara Raja menciptakan manusia lainnya sebagai teman dari manusia
yang pertama, Petara Raja menjadikan mereka pasangan laki-laki dan perempuan,
selanjut nya ia beri nama: Bintang Muga (laki-laki) dan Rui
Mana (Perempuan).
Bintang Muga
dan Rui Mana menurunkan manusia kemudian mengembara (bejalai) menyebar di daratan bumi. Di masa lalu para Petara
dari khayangan sering datang megunjungi manusia ke bumi, bahkan seringkali
terpesona melihat kecantikan dan keperkasaan manusia di bumi, bahkan ada kawin
dengan manusia, menurunkan manusia-manusia gagah perkasa, kuat dan besar-besar Gergasi (raksasa) keturunan ini mengembara
ke seluruh daratan di bumi. Diantara keturunan raksasa (gergasi) umumnya tidak
memiliki sifat yang baik dan mempengaruhi manusia untuk berbuat kejahatan,
keturunan para raksasa (gergasi) selanjutnya musnah ketika daratan di jatuhkan banjir
besar karena murka Petara Raja.[2]
Di antara keturunan Bintang Muga
(laki-laki) dan Rui Mana (Perempuan),
lainnya ada pasangan yang merupakan tokoh spiritual dikenal sebagai: Ambun Menurun dan Pukat
Mengawang. Kedua tokoh ini ibarat
embun yang turun dari langit simbol sperma / embrio kehidupan dari laki-laki
dan ibarat sela-sela pukat / jaring
yang ditembusi embun /pembuahan biologis dari perempuan. Adapun anak-anak Ambun Menurun dan Pukat Mengawang terdiri dari 7 (tujuh) anak bahkan lebih (menurut
masing-masing versi ibanik) dan hidupnya mengembara dan menurunkan
manusia-manusia pengembara, mereka menyusuri bumi, melewati berbagai kondisi alam
menyebabkan timbulnya berbagai perubahan warna kulit (hitam, coklat, merah,
kuning langsat, dll). Demikian pula mereka juga mengkonsumsi makanan alami
sesuai keadaan / kondisi saat itu (berburu dan meramu) menyebabkan fostur tubuh
mereka berubah umumnya kuat dan besar menyesuaikan kondisi alam saat itu,
mereka mengembara ke berbagai tempat
di menua / daratan, pulau-pulau,
goa-goa, mengembara di bukit-bukit. Adapun beberapa tempat diantaranya; Gua Niah (niah caves) 35.000
SM, di borneo utara / utara pulau kalimantan (Sellato, 1989:53) dari tempat ini
selanjutnya mengembara ke berbagai tempat di borneo / kalimantan dan kearah
timur menyusuri perbukitan, demikian pula diantaranya menyusuri Bukit Ayau, Bukit Kujau, Air Berurung, Balai Bidai, Tinting Lalang Kuning,
Selanjutnya di tuturkan bahwa keturunan Ambun Menurun dan Pukat Mengawang telah sampai ke Tampun Juah,...........................................................................................................................................
Ini adalah sekelumit ringkasan tentang:
Mitos dan Penciptaan Dunia dan silsilah terjadinya manusia versi Dayak Mualang (Ibanik)
Catatan lengkapnya dapat dibuka di Gogle Drive link tersebut dibawah ini.
[1] Lihat: L. Tatang. Sekilas Perkawinan Dayak Mualang “ Adat Perkawinan” . Institut Dayakologi Institut Dayakologi, 1999.p.10
[2]
Banjir
besar yang dijatuhkan ke bumi, menenggelamkan para manusia-manusia jahat, para raksasa
(gergasi) dan hanya meninggalkan bekas-bekas
besar pada tanah yang selanjutnya membatu diberbagai tempat.